Karya yang Tak Bisa Tergantikan oleh Teknologi
REDAKSI PPUW JOMBANG
┗━━━━━━━━━📈✉️┛
Redaksi PPUW, Ponpes Al-Urwatul Wutsqo Jombang(24/12/2021). Siapa yang tak kenal lagi, dosen STIT UW Jombang yang telah menerbitkan 21 karya buku pada tahun 2020 hingga kini 2021, sudah ada 8 judul buku yang diterbitkan.
Yaitu Pak Mukani, penulis buku dari Jombang kelahiran Ngajuk, 14 Maret 1981 mulai menulis sejak masih kuliah S-1 di Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya. Pada saat itu "Pertama kali menulis artikel di Tabloid Solidaritas, terbitan BEM IAIN Sunan Ampel Surabaya. Diberi honor saat itu 20.000," ujar lelaki yang berprofesi sebagai Guru SMAN 1 Jombang ini.
Saat ini karya yang akan terbit yakni Biografi KH. M. ISHOMUDDIN HADZIQ(Gus Ishom). Saat beliau memberi tahu kami tentang karyanya ketika jam perkuliahan STIT UW pada makul evaluasi pembelajaran pada hari Selasa kemaren. "Gus Ishom adalah sosok penggerak tradisi literasi di dunia pendidikan, asli Jombang",. Ujar beliau.
buku ini mengkisahkan berbagai teladan hidup dari sosok almarhum Gus Ishom. Gus Ishom Tebuireng adalah sosok pendidik yang tidak hanya berteori, namun memberikan contoh nyata tentang teladan hidup dalam keseharian.
Di samping berkiprah sosial, Gus Ishom adalah salah satu tokoh penggerak tradisi literasi.Termasuk kunci suksesnya dalam menggerakkan tradisi literasi di dunia pendidikan. Karya monumentalnya adalah mengedit(tahqiq) kumpulan kitab-kitab karya pahlawan nasional KH. M. Hasyim As'yari berjudul Irsyadus Sari. Gus Ishom juga menulis empat kitab lainnya.
"Saat ini buku beliau ke-8 di tahun 2021 ini, hasil penelitian saya yang "agak serius" dari sejak awal tahun 2019 yang diterbitkan dengan sistem _major publish_ lagi",. Beber beliau, di samping menulis buku, lelaki yang tinggal di Desa Kayangan Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang ini juga menyunting beberapa naskah hasil penelitian, tesis dan disertasi untuk kemudian diterbitkan menjadi buku. Termasuk menyunting artikel di jurnal Ziyadah.
"Dengan menulis, kita bisa menyampaikan uneg-uneg dan ide kita agar mampu dibaca dan dipahami orang lain. Jadi, ada kepuasan batin tersendiri saat karya kita diterbitkan. Itu yg tidak bisa dinilai dengan uang," beber pak Mukani.
Lelaki berusia 40 tahun ini tidak pernah membayangkan dari dulu, karena cita-citanya sejak kecil menjadi guru. "Saya lalui mengalir saja. Tapi banyak kenangan yg tidak bisa dilupakan, baik pahit maupun manisnya menjadi penulis buku, kuncinya sederhana, lakukan secara rutin. Apalagi profesi menulis itu tidak akan mungkin tergantikan oleh kecanggihan teknologi, sampai kapanpun," ungkap pak Mukani.
Terlebih, pada masa sekarang, kemampuan menulis sangat dibutuhkan oleh banyak pekerjaan. Jadi, jangan pernah mudah puas dengan karya yang sudah ada, terus belajar dan selalu mencoba.
Dan pak Mukani berharap kepada para generasi muda untuk gemar membaca, karena itu modal awal untuk menulis. Terlebih di era industri dan era milenial seperti sekarang, tradisi literasi sangat dibutuhkan, sehingga tidak terjebak kepada hoaks.
"Dengan melek literasi, anak-anak muda pasti akan punya kualitas diri yang mumpuni, tidak hanya sekedar copy paste dalam berkarya," harap pak Mukani, seorang penulis buku dari Jombang.
Oleh : Young One
Dikutip dari : Times Indonesia
============================
REDAKSI PPUW JOMBANG
Comments
Post a Comment